LOGIKA DAN PERNYATAAN
Kebenaran suatu teori yang dikemukakan setiap ilmuwan,
matematikawan, maupun paraahli merupakan
hal yang sangat menentukan reputasi mereka. Untuk mendapatkan hal tersebut,
mereka akan berusaha untuk mengaitkan suatu fakta atau data dengan fakta atau
data lainnya melalui suatu proses penalaran yang sahih atau valid. Sebagai
akibatnya, logika merupakan ilmu yang sangat penting dipelajari. Di dalam mata pelajaran
matematika maupun IPA, aplikasi logika seringkali ditemukan meskipun tidak secara
formal disebut sebagai belajar logika. Bagian ini akan membahas tentang logika yang
didahului dengan pengertian penalaran, diikuti dengan pernyataan,
perakit-perakit pembentuk: negasi, konjungsi, disjungsi, implikasi dan
biimplikasi.
A.
PENGERTIAN
LOGIKA
Ada pernyataan menarik yang dikemukakan mantan Presiden AS Thomas Jefferson
sebagaimana dikutip Copi (1978) berikut ini: "In a republican nation,
whose citizens are to be led by reason and persuasion and not by force,
the art of reasoning becomes of first importance" (p. vii).
Pernyataan itu menunjukkan pentingnya logika, penalaran dan argumentasi
dipelajari dan dikembangkan di suatu negara sehingga setiap warga negara akan
dapat dipimpin dengan daya nalar (otak) dan bukannya dengan kekuatan (otot)
saja. Karenanya, seperti yang dinyatakan mantan Presiden AS tadi, seni bernalar
merupakan hal yang sangat penting. Di samping itu, Copi (1978) juga mengutip pendapat
Juliana Geran Pilon yang senada dengan yang diucapkan mantan Presiden AS tadi:
"Civilized life depends upon the success of reason in social
intercourse, the prevalence of logic over violence in interpersonal
conflict" (p. vii). Dua pernyataan di atas telah menunjukkan
pentingnya penalaran (reasoning) dalam percaturan politik dan
pemerintahan di suatu negara. Tidak hanya di bidang ketatanegaraan maupun hukum
saja kemampuan bernalar itu menjadi penting. Di saat mempelajari matematika
maupun ilmu-ilmu lainnya penalaran itu menjadi sangat penting dan menentukan.
Secara etimologis, logika berasal dari kata Yunani 'logos' yang berarti kata,
ucapan, pikiran secara utuh, atau bisa juga berarti ilmu pengetahuan
(Kusumah,1986). Dalam arti luas, logika adalah suatu cabang ilmu yang mengkaji
penurunan-penurunan kesimpulan yang sahih (valid,correct) dan yang tidak
sahih (tidak valid, incorrect). Proses berpikir yang terjadi di saat
menurunkan atau menarik kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang diketahui benar atau dianggap benar itu sering juga disebut dengan
penalaran (reasoning).
B.
PERNYATAAN
Dimulai sejak ia masih kecil, setiap manusia, sedikit demi sedikit
melengkapi perbendaharaan kata-katanya. Di saat berkomunikasi, seseorang harus
menyusun kata- kata yang dimilikinya menjadi suatu kalimat yang memiliki arti
atau bermakna. Kalimat adalah susunan kata-kata yang memiliki arti yang dapat
berupa pernyataan ("Pintu itu tertutup."), pertanyaan ("Apakah pintu itu
tertutup?"), perintah
("Tutup pintu itu!") ataupun permintaan ("Tolong pintunya
ditutup."). Dari empat macam kalimat tersebut, hanya pernyataan saja yang
memiliki nilai benar atau salah, tetapi tidak sekaligus benar atau salah.
Meskipun para ilmuwan, matematikawan ataupun ahli-ahli lainnya sering menggunakan
beberapa macam kalimat tersebut dalam kehidupan sehari-harinya, namun hanya
pernyataan saja yang menjadi perhatian mereka dalam mengembangkan ilmunya. Setiap
ilmuwan, matematikawan, ataupun ahli-ahli lainnya akan berusaha untuk menghasilkan
suatu pernyataan atau teori yang benar. Suatu pernyataan (termasuk teori) tidak
akan ada artinya jika tidak bernilai benar. Karenanya, pembicaraan mengenai
benar tidaknya suatu kalimat yang memuat suatu teori telah menjadi pembicaraan
dan perdebatan para ahli filsafat dan logika sejak dahulu kala. Beberapa nama
yang patut diperhitungkan karena telah berjasa untuk kita adalah Plato (427 −
347 SM), Aristoteles (384− 322 SM), Charles S Peirce (1839 − 1914) dan Bertrand
Russell (1872− 1970). Paparan berikut akan membicarakan tentang kebenaran,
dalam arti, bilamana suatu pernyataan yang dimuat di dalam suatu kalimat
disebut benar dan bilamana disebut salah. Untuk menjelaskan tentang kriteria
kebenaran ini perhatikan dua kalimat berikut:
a.
Semua
manusia akan mati.
b.
Jumlah
besar sudut-sudut suatu segitiga adalah 180°.
Pertanyaannya, dari dua kalimat tersebut, kalimat manakah yang
bernilai benar dan manakah yang bernilai salah. Pertanyaan selanjutnya, mengapa
kalimat tersebut dikategorikan bernilai benar atau salah, dan bilamana suatu
kalimat dikategorikan sebagai kalimat yang bernilai benar atau salah. Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, Suriasumantri (1988) menyatakan bahwa ada tiga
teori yang berkait dengan criteria kebenaran ini, yaitu : teori korespondensi,
teori koherensi, dan teori pragmatis. Namun sebagian buku hanya membicarakan
dua teori saja, yaitu teori korespondensi dan teori koherensi sehingga
pembicaraan kita hanya berkait dengan dua teori tersebut
1.
Teori
Korespondensi
Teori korespondensi (the correspondence theory of truth)
menunjukkan bahwa suatu kalimat akan bernilai benar jika hal-hal yang
terkandung di dalam pernyataan tersebut sesuai atau cocok dengan keadaan yang
sesungguhnya. Contohnya, “Surabaya adalah ibukota Propinsi Jawa Timur”
merupakan suatu pernyataan yang bernilai benar karena kenyataannya memang
demikian, yaitu Surabaya memang benar merupakan ibukota Propinsi Jawa Timur.
Namun pernyataan “Tokyo adalah Ibukota Singapura”, menurut teori ini akan
bernilai salah karena hal-hal yang terkandung di dalam pernyataan itu tidak sesuai
dengan kenyataannya. Teori-teori Ilmu Pengetahuan Alam banyak didasarkan pada
teori korespondensi ini. Dengan demikian jelaslah bahwa teori-teori atau
pernyataan-pernyataan Ilmu Pengetahuan Alam akan dinilai benar jika pernyataan itu melaporkan,
mendeskripsikan, ataupun menyimpulkan kenyataan atau fakta yang sebenarnya.
Sedangkan Matematika yang tidak hanya mendasarkan pada kenyataan atau fakta
semata-mata namun mendasarkan pada rasio dan aksioma telah melahirkan teori
koherensi yang akan dibahas pada bagian berikut ini.
2.
Teori
Koherensi
Teori koherensi menyatakan bahwa suatu kalimat akan bernilai benar
jika pernyataan yang terkandung di dalam kalimat itu bersifat koheren,
konsisten, atau tidak bertentangan dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang
dianggap benar. Contohnya, pengetahuan Aljabar telah didasarkan pada
pernyataan pangkal yang dianggap benar. Pernyataan yang dianggap benar itu
disebut aksioma atau postulat. Vance (19..) menyatakan ada enam aksioma yang
berkait dengan bilangan real a, b, dan c terhadap operasi penjumlahan (+) dan
perkalian (.) berlaku sifat:
1.
Tertutup, a
+ b ∈ R dan a.b ∈ R.
2.
Asosiatif,
a + (b + c) = (a + b) + c dan a .(b . c) =
(a . b) . c
3.
Komutatif,
a + b = b + a dan a.b = b.a
4.
Distributif,
a.(b + c) = a.b + a.c dan (b + c).a = b.a + c.a
5.
Identitas,
a + 0 = 0 + a = a dan a.1 = 1. a = a
6.
Invers, a +
(−a) = (−a) + a = 0 dan a.1= 1.a = 1
Berdasar enam aksioma
itu, teorema seperti −b + (a + b) = a dapat dibuktikan dengan cara berikut:
− b + (a + b) = − b +
(b + a)
= (−b + b) + a
= 0 + a
= a
Aks 3 - Komutatif
Aks 2 - Asosiatif
Aks 6 - Invers
Aks 5 – Identitas
Demikian juga pernyataan
bahwa jumlah sudut-sudut suatu segi-n adalah: (n− 2)× 1800 akan bernilai benar karena konsisten dengan
aksioma yang sudah disepakati kebenarannya dan konsisten juga dengan dalil atau
teorema sebelumnya yang sudah terbukti. Dengan demikian jelaslah bahwa bangunan
matematika didasarkan pada rasio semata-mata, kepada aksioma-aksioma yang
dianggap benar tadi. Suatu hal yang sudah jelas benar pun harus ditunjukkan
atau dibuktikan kebenarannya dengan langkah- langkah yang benar.
Dari paparan di atas jelaslah bahwa pada dua pernyataan berikut:
a.
Semua
manusia akan mati.
b.
Jumlah
besar sudut-sudut suatu segitiga adalah 180°.;
maka baik pernyataan a) maupun b) akan sama-sama bernilai benar,
namun dengan alasan yang berbeda. Pernyataan a) bernilai benar karena
pernyataan itu melaporkan, mendeskripsikan ataupun menyimpulkan kenyataan atau
fakta yang sebenarnya. Sampai detik ini, belum pernah ada orang yang hidup
kekal dan abadi. Pernyataan a) tersebut akan bernilai salah jika sudah ditemukan
suatu alat atau obat yang sangat canggih sehingga akan ada orang yang tidak
bisa mati lagi. Sedangkan pernyataan b) bernilai benar karena pernyataan itu
konsisten atau koheren ataupun tidak bertentangan dengan aksioma yang sudah
disepakati kebenarannya dan konsisten juga dengan dalil atau teorema sebelumnya
yang sudah terbukti. Itulah sekilas tentang teori korespondensi dan teori
koherensi yang memungkinkan kita untuk dapat menentukan benar tidaknya suatu pernyataan.
Latihan 2.1
1.
Manakah di
antara kalimat berikut yang merupakan pernyataan?
a)
x + 3 = 2.
b)
x + 3 = 2
adalah suatu pernyataan.
c)
111 adalah
bilangan prima.
d)
Tadi pagi
Fahmi bertanya: "Pak Guru kapan ulangan?"
e)
2n + 1
untuk n ∈ A adalah bilangan ganjil.
2.
Andi
berbohong pada hari Senin, Selasa, dan Rabu, sedangkan pada hari-hari yang lain
ia berkata benar. Teman karibnya, si Badu berbohong pada hari Kamis, Jumat, dan
Sabtu, sedangkan pada hari-hari yang lain ia berkata benar. Pada suatu hari,
Andi berkata: "Kemarin adalah hari di mana saya berbohong." Badu lalu
menimpali: "Kemarin adalah hari di mana saya berbohong juga.".
a.
Pada
hari-hari apakah mereka berdua dapat menyatakan hal itu.
b.
Jika mereka
berdua sama-sama menyatakan bahwa hari kemarin adalah hari di
c.
mana mereka
berkata benar, pada hari-hari apakah mereka berdua dapat
d.
menyatakan
hal itu?
3.
Pada suatu
rumah makan, ANDI seorang SOPIR sedang duduk mengelilingi meja berbentuk
persegi dengan tiga orang temannya. Ketiga teman Andi tersebut bekerja sebagai
KELASI, PILOT, dan MARKONIS.
Tentukan pekerjaan Budi
jika: Andi duduk di sebelah kiri CHANDRA, BUDI duduk di sebelah kanan kelasi,
dan DANI yang duduk berhadapan dengan Chandra bukanlah seorang pilot.
4.
Ada tiga
orang siswa yaitu TONI, DIDI, dan HORY. Ditentukan bahwa:
- Toni tidak pernah berbohong. Didi kadang-kadang berbohong. Sedangkan Hory selalu berbohong.
- Mereka memakai kaos HIJAU, KUNING, dan MERAH.
- Siswa yang memakai kaos kuning, menyatakan bahwa siswa yang berkaos merah adalah Hory.
- Siswa yang memakai kaos merah, menyatakan bahwa dirinya adalah Didi.
- Siswa terakhir yang memakai kaos hijau, menyatakan bahwa siswa yang berkaos merah adalah Toni.
- Berdasar keterangan di atas, tentukan warna kaos yang dipakai tiap siswa
BAGIAN III
DISJUNGSI, KONJUNGSI, IMPLIKASI,
BIIMPLIKASI DAN
NEGASINYA
Adakalanya, kita dituntut
untuk menegasikan atau membuat pernyataan baru yang menunjukkan pengingkaran
atas pernyataan yang ada, dengan menggunakan perakit “bukan” atau “tidak”. Di
samping itu, mereka harus menggabungkan dua pernyataan atau lebih dengan
menggunakan perakit “atau”, “dan”, “Jika … maka ….”, maupun “… jika dan hanya
jika ….” yang dikenal di matematika sebagai konjungsi, disjungsi, implikasi dan
biimplikasi. Bagian ini akan membahas perakit-perakit tersebut
A.
PERAKIT/PERANGKAI
Perakit atau perangkai ini sering juga disebut dengan operasi.
Dari satu atau dua pernyataan tunggal dapat diberikan perakit “tidak” , “dan”,
“atau”, “jika … maka …”, dan “ … jika dan hanya jika … “ sehingga terbentuk
suatu negasi, konjungsi, disjungsi, implikasi, dan biimplikasi. Sub bagian ini
akan membahas tentang perakit atau
1.
Negasi
Jika p adalah "Surabaya ibukota Jawa Timur.",
maka negasi atau ingkaran dari penggandeng tersebut. pernyataan p tersebut adalah ~p yaitu:
"Surabaya bukan ibukota Jawa Timur."
Atau "Tidak benar bahwa Surabaya ibukota Jawa Timur.". Dari
contoh di atas nampak jelas bahwa p merupakan pernyataan yang bernilai benar karena
Surabaya pada kenyataannya memang ibukota Jawa Timur, sehingga
~p akan bernilai salah. Namun jika p bernilai salah maka ~p akan
bernilai benar seperti ditunjukkan oleh tabel kebenaran di bawah ini.
2.
Konjungsi
Konjungsi adalah suatu pernyataan majemuk yang menggunakan perakit
"dan". Contohnya, pernyataan Adi berikut : "Fahmi makan nasi dan
minum kopi." Pernyataan tersebut ekivalen dengan dua pernyataan tunggal
berikut: "Fahmi makan nasi." dan sekaligus "Fahmi minum
kopi."
Dalam proses pembelajaran di kelas, berilah kesempatan kepada para
siswa untuk bertanya kepada diri mereka sendiri, dalam hal mana pernyataan Adi
di atas bernilai benar dan dalam hal mana bernilai salah dalam empat kasus
berikut, yaitu: (1) Fahmi memang benar
makan nasi dan ia juga minum kopi, (2) Fahmi makan nasi namun ia tidak minum
kopi, (3) Fahmi tidak makan nasi namun ia minum kopi, dan (4) Fahmi tidak makan
nasi dan ia tidak minum kopi.: Pada kasus pertama, Fahmi memang benar makan
nasi dan ia juga minum kopi. Dalam kasus seperti ini, tidaklah mungkin Anda
akan mengatakan pernyataan Adi tadi bernilai salah. Alasannya, pernyataan Adi
tadi sesuai dengan kenyataannya. Pada kasus kedua, Fahmi makan nasi namun ia
tidak minum kopi. Dalam hal ini, tentunya Anda akan menyatakan bahwa pernyataan
majemuk Adi tadi bernilai salah karena meskipun Fahmi sudah makan nasi namun ia
tidak minum kopi sebagaimana yang dinyatakan Adi. Sejalan dengan itu, pada
kasus ketiga, Fahmi tidak makan nasi meskipun ia sudah minum kopi. Sebagaimana
kasus kedua tadi, Anda akan menyatakan bahwa pernyataan majemuk Adi tadi bernilai
salah karena Fahmi tidak makan nasi sebagaimana yang dinyatakan Adi bahwa Fahmi
makan nasi dan minum kopi. Akhirnya, pada kasus keempat, Fahmi tidak makan nasi
dan ia tidak minum kopi. Dalam hal ini Anda akan menyatakan bahwa pernyataan
majemuk Adi tadi bernilai salah karena tidak ada kesesuaian antara yang dinyatakan
dengan kenyataan yang sesungguhnya. Berdasar
penjelasan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa suatu konjungsi p ∧ q akan bernilai benar hanya jika komponen-komponennya, yaitu baik
p maupun q, keduanya bernilai benar, sedangkan nilai kebenaran yang selain itu
akan bernilai salah sebagaimana ditunjukkan pada tabel kebenaran berikut:
3.
Disjungsi
Disjungsi adalah pernyataan
majemuk yang menggunakan perakit "atau".
Contohnya, pernyataan
Adi berikut: "Fahmi makan nasi atau minum kopi." Sekarang, bertanyalah
kepada diri Anda sendiri, dalam hal mana pernyataan Adi di atas akan bernilai
benar dalam empat kasus berikut, yaitu: (1) Fahmi memang benar makan nasi dan
ia juga minum kopi, (2) Fahmi makan nasi namun ia tidak minum kopi, (3) Fahmi tidak
makan nasi namun ia minum kopi, dan (4) Fahmi tidak makan nasi dan ia tidak minum
kopi.
Pada kasus pertama,
Fahmi memang benar makan nasi dan ia juga minum kopi.
Dalam kasus seperti
ini, tidaklah mungkin Anda akan mengatakan pernyataan Adi tadi bernilai salah,
karena pernyataan Adi tadi sesuai dengan kenyataannya. Pada kasus kedua, Fahmi
makan nasi namun ia tidak minum kopi. Dalam hal ini, tentunya Anda akan menyatakan
bahwa pernyataan majemuk Adi tadi bernilai benar karena Fahmi sudah benar makan
nasi meskipun ia tidak minum kopi sebagaimana yang dinyatakan Adi. Sedangkan
pada kasus ketiga, Fahmi tidak makan nasi namun ia minum kopi. Sebagaimana
kasus kedua tadi, Anda akan menyatakan bahwa pernyataan majemuk Adi tadi
bernilai benar karena meskipun Fahmi tidak makan nasi namun ia sudah minum kopi
sebagaimana yang dinyatakan Adi. Akhirnya, pada kasus keempat, Fahmi tidak
makan nasi dan ia tidak minum kopi. Dalam hal ini Anda akan menyatakan bahwa
pernyataan
majemuk Adi tadi
bernilai salah karena tidak ada kesesuaian antara yang dinyatakan dengan
kenyataan yang sesungguhnya. Ia menyatakan Fahmi makan nasi atau minum kopi
namun kenyataannya, Fahmi tidak melakukan hal itu. Berdasar penjelasan di atas,
dapatlah disimpulkan bahwa suatu disjungsi p ∨ q akan bernilai salah hanya jika komponen-komponennya, yaitu baik
p maupun q, keduanya bernilai salah, yang selain itu akan bernilai benar sebagaimana
ditunjukkan pada table kebenaran berikut
4.
Implikasi
Misalkan ada dua pernyataan p dan q. Yang sering menjadi perhatian
para ilmuwan maupun matematikawan adalah menunjukkan atau membuktikan bahwa
jika p bernilai benar akan mengakibatkan q bernilai benar juga. Untuk mencapai
keinginannya tersebut, diletakkanlah kata "Jika" sebelum pernyataan
pertama lalu diletakkan juga kata "maka" di antara pernyataan pertama
dan pernyataan kedua, sehingga didapatkan suatu pernyataan majemuk yang disebut
dengan implikasi, pernyataan bersyarat, kondisional atau hypothetical dengan
notasi "⇒" seperti ini:
p ⇒ q
Notasi di atas dapat dibaca dengan :
1) Jika p maka q,
2) q jika p,
3) p adalah syarat
cukup untuk q, atau
4) q adalah syarat
perlu untuk p.
Implikasi p ⇒ q merupakan pernyataan majemuk yang paling sulit dipahami para siswa
SMU. Untuk membantu para siswa memahami kalimat majemuk implikasi tersebut,
Bapak dan Ibu Guru dapat memulai proses pembelajaran dengan berceritera bahwa Adi menyatakan pernyataan majemuk
berikut ini: Jika hari hujan maka saya (Adi) membawa payung. Dalam hal ini dimisalkan:
p: Hari hujan.
q: Adi membawa payung.
Berilah kesempatan bagi siswa untuk berpikir, dalam hal manakah
pernyataan Adi tadi akan bernilai benar atau salah untuk empat kasus berikut,
yaitu: (1) Hari benar-benar hujan dan
Adi benar-benar membawa payung, (2) Hari benar-benar hujan namun Adi tidak
membawa payung, (3) Hari tidak hujan namun Adi membawa payung, dan (4) Hari tidak
hujan dan Adi tidak membawa payung. Pada kasus pertama, hari benar-benar hujan
dan Adi benar-benar membawa paying sebagaimana yang ia nyatakan. Bagaimana
mungkin ia akan dinyatakan berbohong dalam kasus ini? Dengan demikian jelaslah bahwa
kedua komponen yang sama-sama bernilai benar itu telah menyebabkan pernyataan
majemuk (implikasi) yang dinyatakan Adi tadi akan bernilai benar. Pada kasus
kedua, hari itu benar-benar hujan akan tetapi Adi tidak membawa payung
sebagaimana yang seharusnya ia lakukan seperti yang telah dinyatakannya,
bagaimana mungkin pernyataan Adi tadi akan dinilai benar? Dengan kata lain,
komponen p yang bernilai benar namun tidak diikuti dengan komponen q yang seharusnya
bernilai benar juga, akan menyebabkan pernyataan majemuk (implikasi) yang dinyatakan
Adi tadi akan bernilai salah.
Akhirnya, untuk kasus
ketiga dan keempat, di mana hari itu tidak hujan, tentunya Anda tidak akan
menyebut pernyataan majemuk (implikasi) Adi tersebut sebagai pernyataan yang
salah, karena Adi hanyalah menyatakan bahwa sesuatu akan terjadi yaitu dia akan
membawa payung jikalau hari hujan. Dengan demikian jelaslah bahwa implikasi p ⇒ q hanya akan bernilai salah untuk kasus kedua di mana p bernilai
benar namun q-nya bernilai salah, sedangkan yang selain itu implikasi p⇒ q akan bernilai benar seperti ditunjukkan tabel kebenaran berikut
ini:
P
|
q
|
p ⇒ q
|
B
B
S
S
|
B
S
B
S
|
B
S
B
B
|
5.
Biimplikasi
Biimplikasi atau bikondisional adalah pernyataan majemuk dari du pernyataan
p dan q yang dinotasikan dengan p⇔ q yang bernilai sama dengan
(p⇒ q) ∧ (q ⇒ p) sehingga dapat dibaca: "p jika dan hanya jika q"
atau "p bila dan hanya bila q." Tabel kebenaran dari p ⇔ q adalah :
P
|
q
|
p ⇔ q
|
B
B
S
S
|
B
S
B
S
|
B
S
S
B
|
Dengan demikian jelaslah bahwa biimplikasi dua pernyataan p dan q
hanya akan bernilai benar jika kedua pernyataan tunggalnya bernilai sama.
Contoh biimplikasi: Suatu segitiga
adalah segitiga siku-siku jika dan hanya jika luas persegi pada hipotenusanya
sama dengan jumlah luas dari persegi-persegi pada kedua sisi yang lain.Suatu
segitiga adalah segitiga sama sisi bila dan hanya bila ketiga sisinya sama.
Latihan 3.1
- Tentukan nilai kebenaran dari pernyataan berikut!
a.
3 + 2 = 6 ⇔ 4 + 2 = 5.
b.
3 + 2 = 5 ⇒ 4 + 2 = 5.
c.
3 + 2 = 5
atau Jakarta ibukota DI Aceh.
d.
Jika x2 = 4 maka x = 2.
e.
Jika x = −
2 maka x2 = 4.
f.
Jika 3x + 4
= 2 dan x ∈ B, maka x = − 1.
- Jika p : 10 habis dibagi 5. q : 8 adalah bilangan prima.
Nyatakan dalam kalimat
sehari-hari pernyataan-pernyataan di bawah ini lalu tentukan nilai kebenarannya.
- Nyatakan pernyataan di bawah ini dengan menggunakan a, b dan simbol-simbol logika matematika.
a.
Lisa gadis
yang cantik namun tidak cerdas.
b.
Lisa gadis
yang tidak cantik dan tidak cerdas.
c.
Meskipun
Lisa bukanlah gadis yang cantik namun ia gadis yang cerdas.
d.
Lisa gadis
yang cantik sekaligus juga gadis yang cerdas.
e.
Tidak benar
bahwa Lisa gadis yang cantik dan cerdas.
f.
Jika Lisa
gadis yang cantik maka ia tidak cerdas.
g.
Jika Lisa
gadis yang tidak cantik maka ia tidak
cerdas.
- Buatlah tabel kebenaran dari pernyataan ini :
a.
p ⇒ q ⇔ ~p ∨ q
b.
p ∧ q ⇒ (q ∧ ~q ⇒ r ∧ q)
c.
~[(~p⇒r) ∨ (p ⇒ ~q)] ∧ r
B.
INGKARAN
ATAU NEGASI SUATU PERNYATAAN
- Negasi Suatu Konjungsi
Konjungsi adalah suatu
pernyataan majemuk yang menggunakan perakit "dan". Contohnya,
pernyataan Adi berikut :
"Fahmi makan nasi
dan minum kopi."
Pernyataan tersebut
ekivalen dengan dua pernyataan tunggal berikut: "Fahmi makan nasi."
dan sekaligus "Fahmi minum kopi." Suatu konjungsi p ∧ q akan bernilai benar hanya jika komponen-komponennya, yaitu baik
p maupun q, keduanya bernilai benar. Sedangkan negasi atau ingkaran suatu
pernyataan adalah pernyataan lain yang bernilai benar jika pernyataan awalnya
bernilai salah dan bernilai salah jika pernyataan awalnya bernilai benar.
Karena itu, negasi dari: "Fahmi makan nasi dan minum kopi." Adalah suatu
pernyataan majemuk lain yang salah satu komponennya merupakan negasi dari komponen
pernyataan awalnya. Dengan demikian, negasinya adalah “"Fahmi tidak makan
nasi atau tidak minum kopi."; sebagaimana ditunjukkan tabel kebenaran
berikut:
- Negasi Suatu Disjungsi
Disjungsi adalah pernyataan majemuk yang menggunakan perakit
"atau". Contohnya, pernyataan Adi berikut: "Fahmi makan nasi
atau minum kopi." Suatu disjungsi p∨ q akan bernilai salah hanya jika komponen-komponennya, yaitu baik
p maupun q, keduanya bernilai salah, yang selain itu akan bernilai benar.
Karenanya,
negasinya adalah
"Fahmi tidak makan nasi dan tidak minum kopi," sebagaimana
ditunjukkan tabel
kebenaran berikut:
TABEL
- Negasi Suatu Implikasi
Perhatikan pernyataan berikut yang merupakan suatu implikasi: “Jika
hari hujan maka Adi membawa payung.”
Negasi dari implikasi di atas adalah: “Hari hujan akan tetapi Andi
tidak membawa payung.” sehingga ~(p ⇒ q) ≡ p∧~q seperti ditunjukkan tabel kebenaran berikut ini:
P
|
q
|
~q
|
p ⇒ q
|
p∧~q
|
B
B
S
S
|
B
S
B
S
B
B
|
S
B
S
B
|
B
S
B
B
|
S
B
S
S
|
Berdasar penjelasan di atas, p ⇒ q ≡ ~[~ (p ⇒ q)] ≡ ~( p ∧ ~q) ≡ ~p ∨ q
- Negasi Suatu Biimplikasi
Biimplikasi atau bikondisional adalah pernyataan majemuk dari dua
pernyataan p dan q yang dinotasikan dengan p ⇔ q yang ekuivalen (p ⇒ q) ∧ (q ⇒ p); sehingga:
~ (p ⇔ q) ≡ ~[(p ⇒ q) ∧ (q ⇒ p)]
≡ ~[(~p ∨ q) ∧ (~q ∨ p)]
≡ ~(~p ∨ q) ∨ ~(~q ∨ p)]
≡ (p ∧ ~q) ∨ (q ∧ ~p)
Latihan 3.2
1.
Tentukan
negasi dari pernyataan berikut ini lalu tentukan nilai kebenarannya.
a.
3 + 2 = 6 ⇔ 4 + 2 = 5
b.
3 + 2 = 5 ⇒ 4 + 2 = 5.
c.
3 + 2 = 5
atau Jakarta ibukota DI Aceh.
2.
Jika p : 10 habis dibagi 5. q : 8 adalah bilangan
prima.
Tentukan negasi dari
pernyataan-pernyataan di bawah ini lalu tentukan nilai kebenarannya.
a.
~p
b.
p ∨ q
c.
~q
d.
~p ∧ ~q
3.
Jika
a: Lisa gadis cantik
dan
b: Lisa gadis cerdas,
Nyatakan pernyataan di
bawah ini dengan menggunakan a, b dan simbol-simbol logika matematika lalu
tentukan negasinya.
a.
Lisa gadis
yang cantik namun tidak cerdas.
b.
Lisa gadis
yang tidak cantik dan tidak cerdas.
c.
Meskipun
Lisa bukanlah gadis yang cantik namun ia gadis yang cerdas.
d.
Lisa gadis
yang cantik sekaligus juga gadis yang cerdas.
e.
Tidak benar
bahwa Lisa gadis yang cantik dan cerdas.
f.
Jika Lisa
gadis yang cantik maka ia tidak cerdas.
g.
Jika Lisa
gadis yang tidak cantik maka ia tidak
cerdas.
4.
Buatlah
negasi dari pernyataan ini.
a.
p ⇒ q ⇔ ~p ∨ q
b.
p ∧ q ⇒ (q ∧ ~q ⇒ r ∧ q)
c.
~[(~p⇒r) ∨ (p ⇒ ~q)] ∧ r
BAGIAN III
KONVERS, INVERS, KONTRAPOSISI SUATU IMPLIKASI SERTA NEGASINYA
1.
Pengertian
dan Contohnya
Perhatikan pernyataan
ini:
Jika suatu bendera adalah bendera RI maka ada warna merah pada bendera
tersebut.
Bentuk umum implikasi
di atas adalah: ‘p ⇒ q’ dengan p: Bendera
RI, dan q : Bendera yang ada warna
merahnya. Dari implikasi p ⇒ q di atas, dapat dibentuk
tiga implikasi lainnya, yaitu: (1) konversnya, yaitu q ⇒ p; (2) inversnya, yaitu ~p ⇒ ~q; dan (3) kontraposisinya, yaitu ~q ⇒ ~p. Dengan demikian; konvers, invers, dan kontraposisi dari
implikasi “Jika suatu bendera adalah bendera
RI maka ada warna merah pada bendera tersebut.” berturut-turut adalah:
1)
Jika suatu
bendera ada warna merahnya maka bendera tersebut adalah bendera RI (q ⇒ p).
2)
Jika suatu
bendera bukan bendera RI maka pada bendera tersebut tidak ada warna merahnya(~p
⇒ ~q).
3)
Jika suatu
bendera tidak ada warna merahnya, maka bendera tersebut bukan bendera RI (~q⇒ ~p).
Tentukan nilai
kebenaran dari implikasi, konvers, invers, dan kontraposisinya di atas. Hal menarik
apa saja yang Anda dapatkan dari kegiatan c di atas? Berhentilah membaca naskah
ini, cobalah untuk menjawab pertanyaan di atas. Nilai kebenaran dari implikasi,
konvers, invers, dan kontraposisinya adalah:.
1.
Untuk
menentukan nilai kebenaran dari implikasi “Jika suatu bendera adalah bendera RI
maka ada warna merah pada bendera tersebut”; maka yang perlu diperhatikan
adalah antesedennya, yaitu: “Suatu bendera adalah bendera RI.” Serta
kosekuennya yaitu tentang ada tidaknya warna merah pada bendera tersebut. Implikasi
di atas bernilai sama dengan pernyataan berkuantor: “Semua/setiap bendera RI mesti
ada warna merahnya.” Karena semua/setiap bendera RI akan selalu ada warna merahnya,
maka implikasi di atas bernilai benar
2.
Nilai
kebenaran konversnya, dalam bentuk q⇒ p, yaitu:
“Jika suatu bendera ada warna merahnya maka bendera tersebut adalah bendera
RI,” yang ekuivalen dengan pernyataan: “Setiap
bendera yang ada warna merahnya adalah bendera RI.”
Pernyataan terakhir ini
bernilai salah karena dapat ditunjukkan beberapa bendera yang ada warna
merahnya, yaitu bendera Jepang ataupun Polandia yang memenuhi persyaratan pada
antesedennya, dimana bendera tersebut memiliki warna merah namun persyaratan
pada konsekuennya tidak dipenuhi, yaitu
bendera tersebut bukan bendera RI.
3.
Nilai
kebenaran inversnya, dalam bentuk ~p ⇒ ~q, yaitu:
“Jika suatu bendera bukan bendera RI maka bendera tersebut tidak ada warna
merahnya.” Sekali lagi, pernyataan di atas adalah
ekuivalen dengan
pernyataan: “Setiap bendera yang bukan bendera RI tidak ada warna merahnya.”
Kalau begitu, tentukan nilai kebenaran invers ini.
4.
Nilai
kebenaran kontraposisinya, dalam bentuk ~q ⇒ ~p, yaitu: “Jika suatu bendera tidak ada warna merahnya, maka
bendera tersebut bukan bendera RI.” Pernyataan di atas adalah ekuivalen dengan
pernyataan: “Setiap bendera yang tidak ada warna merahnya adalah bukan bendera
RI.” Pernyataan seperti ini jelas bernilai benar.
Dari soal di atas
nampaklah bahwa nilai kebenaran dari implikasi serta kontraposisinya adalah sama
nilainya, sedangkan nilai kebenaran konvers adalah sama dengan inversnya.
Ingkaran Implikasi, Konvers, Invers, dan Kontraposisinya.
Contoh soalnya adalah:
Tentukan ingkaran atau negasi dari implikasi: “Jika suatu bendera
adalah bendera RI maka bendera tersebut berwarna merah dan putih.”
Tentukan juga ingkaran
dari konvers, invers, dan kontraposisi implikasi di atas. Untuk menjawab
pertanyaan tadi dan untuk menentukan negasi atau ingkaran konvers, invers, dan
kontraposisi maka pengetahuan tentang negasi yang sudah dibahas di bagian depan
sangat penting dan menentukan, terutama pengetahuan untuk menentukan negasi
atau ingkaran soal nomor 1 s.d. 3 di bawah ini.
1)
p ∧ q
2)
p ∨ q
3)
p ⇒ q
4)
q ⇒ p
5)
~p ⇒ ~q
6)
~q ⇒ ~p
Sebagai pengecek, bandingkan hasil yang Anda dapatkan dengan
jawaban di bawah ini.
1. ~p ∨ ~q 4. q ∧ ~p
2. ~p ∧ ~q 5. ~p ∧ q
3. p ∧ ~q 6.
~q ∧ p
Dengan demikian, ingkaran atau negasi dari implikasi “Jika suatu bendera
adalah bendera RI maka bendera tersebut berwarna merah dan putih.” adalah: Ada
atau terdapat bendera RI namun bendera tersebut tidak berwarna merah dan putih Negasi
atau ingkaran dari konvers, invers, dan kontraposisi suatu implikasi tadi berturut-turut
adalah:
a.
Negasi
konvers: Ada bendera berwarna merah dan putih namun bendera tersebut bukan
bendera RI.
b.
Negasi
invers: Ada bendera yang bukan bendera RI namun bendera tersebut berwarna merah
dan putih
c.
Negasi
kontraposisi: Ada bendera yang tidak berwarna merah dan putih namun bendera tersebut
bendera RI
Latihan 3.1
1.
Tentukan
konvers, invers, dan kontraposisi dari implikasi berikut:
a.
Jika suatu
bendera adalah bendera Jepang, maka ada bintang pada bendera tersebut.
b.
a > 0 ⇒ a3 > 0
c.
a = 0 ⇒ ab = 0
d.
Jika dua persegipanjang
kongruen maka luasnya sama.
e.
x = 3 ⇒ x2 = 9
f.
Jika
segitiga ABC adalah segitiga samasisi maka sisi-sisi segitiga tersebut sama
panjang.
2.
Tentukan
nilai kebenaran implikasi, konvers, invers, dan kontraposisi dari soal di atas.
3.
Apa yang
anda dapatkan dari hasil jawaban soal 2 itu?
4.
Buatlah
ingkaran dari implikasi, beserta konvers, invers, dan kontraposisi dari
pernyataan berikut ini.
a.
Jika suatu
bendera adalah bendera Jepang, maka ada bintang pada bendera tersebut.
b.
a > 0 ⇒ a3 > 0
c.
a = 0 ⇒ ab = 0
d.
Jika dua
persegipanjang kongruen maka luasnya sama.
e.
x = 3 ⇒ x2 = 9
f.
Jika
segitiga ABC adalah segitiga samasisi maka sisi-sisi segitiga tersebut sama
panjang.
5.
Apa yang anda
dapatkan dari hasi jawaban soal 4 itu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar